MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VII B SMP
NEGERI 1 MAOS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE
A MATCH
Aji Hidayat
(KOMDA MAOS MGMP MATEMATIKA SMP KAB. CILACAP)
ABSTRAK
Kekatifan dan
prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Maos masih sangat rendah. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil ulangan harian kelas VII B yaitu 63,03. Rata-rata
ini masih jauh dari KKM yaitu 72. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang
kurang menarik dan merangsang keaktifan siswa. Model pembelajaran make a match
merupakan model pembelajaran yang merangsang siswa untuk aktif. Karena pada
model pembelajaran ini siswa harus bisa mencari pasangan kartunya, yaitu kartu
yang memiliki jawaban yang sama. Melalui penelitian tindakan kelas diharapkan
prestasi belajar dan keaktifan siswa meningkat dengan menggunakan model
pembelajaran make a match. Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru dan
sekolah. Penelitian dilakukan pada saat pembelajaran dengan pengmabilan data
melalui tes dan pengamatan siswa. Untuk analisi data dilakukan melalui
deskripsi sederhana yaitu membandingkan persentasi masing-masing siklus. Waktu
penelitian adalah bulan November dan Desember 2013 di kelas VII B SMP Negeri 1
Maos pada materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Indikator
keberhasilan telah ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan kolaborator yaitu
85% untuk prestasi belajar dan 35% untuk keaktifan siswa kategori tinggi, dan
50% kategori cukup. Hasil Penelitian diperoleh rata-rata ulangan pra PTK adalah
63,03, siklus 1 71,59 dan 77,00 untuk siklus 2. Ketuntasan pada praPTK 26,47%,
siklus 1 53% dan siklus 2 ketuntasannya mencapai 91,17%. Setiap siklus
mengalami peningkatan dan pada siklus 2 sudah mencapai kriteria indikator
keberhasilan. Keaktifan siswa juga sudah mengalami peningkatan. Secara
keseluruhan model pembelajaran make a match dapat meningkatan prestasi belajar
matematika dan keaktifan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Maos.
Kata kunci : prestasi belajar,
keaktifan siswa, model pembelajaran make a match
PENDAHULUAN
Rendahnya prestasi belajar
dapat disebabkan oleh banyak faktor misalnya sarana dan prasarana yang kurang mendukung, sumber belajar yang dimiliki siswa sangat terbatas
hanya berupa LKS, kurang siapnya siswa dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan
dengan adanya siswa yang tidak membawa LKS atau buku matematika, kurangnya
variasi penggunaan model pembelajaran oleh gurunya dan masih banyak faktor
lain. Salah satu alternatif agar pembelajaran
matematika tidak monoton dan menyenangkan adalah dengan
menerapkan model pembelajaran Paikem (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Edukatif dan Menyenangkan). Salah satu model pembelajaran Paikem adalah model make a match.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang muncul dapat dirumuskan “bagaimanakah model
pembelajaran make a match dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VII B?”
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan Keaktifan dan prestasi belajar matematika dengan model
pembelajaran make a match pada siswa kelas VII
B SMP Negeri 1 Maos Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian tindakan kelas ini
diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi guru dapat
memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan bagi Siswa dapat
memperoleh pembelajaran matematika yang lebih menarik dan menyenangkan,
sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar matematika. Hasil
penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika.
LANDASAN TEORI
Pengertian
Prestasi Belajar
Setiap proses belajar mengajar
selalu menghasilkan prestasi belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai
ditingkat mana prestasi belajar yang
dicapai.
Prestasi belajar
adalah prestasi yang digunakan untuk menilai pelajaran yang telah diberikan
kepada siswa dalam waktu tertentu. Prestasi/prestasi belajar berupa kemampuan, keterampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 894) prestasi adalah
hasil yang telah dicapai, dari yang telah dilakukan maupun dikerjakan. Prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha bentuk simbol, angka, huruf, ataupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu (Suratinah
Tirtonegoro ,1998: 43).
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud prestasi
belajar adalah sejumlah kemampuan, keterampilan, dan kecakapan siswa sebagai prestasi
kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk bahan pelajaran yang telah
dipelajari. Dalam penelitian
ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh
masing-masing siswa dalam periode waktu tertentu sebagai hasil dari belajar
biasanya berupa angka.
Hakikat Keaktifan Belajar
Aktifitas
belajar menurut Sardiman (2001:98) adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun
mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Sedangkan Rochaman Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31) belajar
aktif adalah ”suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Sedangkan
penulis setuju dengan pendapat Rochaman Natawijaya karena menurut penulis, agar
belajar dapat harus berhasil, maka prosesnya harus kompleks yaitu melibatkan
aktifitas fisik, mental, intelektual dan emosional yang saling mendukung sebgai
sebuah sistem. Jika aktifitas belajarnya
komplek, maka hasil belajar yang diperoleh juga komplek yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
Matematika
Matematika adalah ilmu tentang
bilangan – bilangan , hubungan – hubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan (
Paimin , 1998 : 2 ).
Matematika adalah ilmu tentang
bilangan –bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005 : 723 )
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (
Dikmenum , 2005 : 1 ). Matematika berkaitan dengan penalaran . Ciri utama
matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun
demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui
pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif – deduktif dapat
digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Pembelajaran Model Make a
Match
Pembelajarn model Make-A
Match atau mencari pasangan pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada
tahun 19994. Langkah-langkah dalam pembelajaran model Make-A Match adalah
sebanagi berikut: a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban. b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu. c) Tiap
siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang . d) Setiap siswa
mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).
e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya. g) Demikian seterusnya h) Kesimpulan/penutup
Kerangka
Berpikir
Keberhasilan
atas prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang berasal dari
dalam dan dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang diangkat dalam
penelitian ini adalah model Pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mengimplementasikan strategi dan
rencana pembelajaran dipakailah model yang tepat yaitu model Make a Match
Penggunaan strategi
pembelajaran yang tepat didukung dengan metode dan teknik mengajar yang baik
dan komunikatif akan meningkatkan mutu pembelajaran yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah dan
kerangka berpikir di atas , maka dirumuskan hipotesis tindakannya yaitu melalui
Model Pembelajaran Make a Match pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan
linier satu variabel, prestasi belajar matematika dan keaktifan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Maos dapat meningkat.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Peneliti adalah guru matematika yang
mengajar di kelas VII B SMP Negeri 1 Maos, sehingga lokasi dipilih kelas VII B
SMP Negeri 1 Maos Kabupaten Cilacap.
Penelitian ini dilaksanakan pada
semester 1 pada bulan November
sampai dengan Desember 2013 tahun
pelajaran 2013/2014. Jangka waktu penelitian direncanakan selama 2 bulan.
Subyek
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII B SMP Negeri 1 Maos dengan jumlah
siswa 34 terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa
perempuan. Alasan memilih kelas VII B sebagai subyek penelitian, karena kondisi
siswa kelas VII B dibandingkan dengan kelas yang lain prestasi belajar
matematikanya paling rendah.
Sumber
data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Hasil
tes / evaluasi meliputi hasil
ulangan harian sebagai data awal praPTK , tes / evaluasi dari tiap
akhir siklus dan Observasi dan pengamatan terhadap siswa
Teknik
dan Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menggunakan
tes dan observasi.
Analisa
Data
Teknik analisa data merupakan unsur
yang sangat penting dalam setiap kali melakukan penelitian. Semua data yang
telah terkumpul tidak akan berarti kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil
dari penganalisaan akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan maksud
penelitian. Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu
dengan analisa deskriptif. Analisa deskriptif adalah model analisa dengan cara
membandingkan rata-rata prosentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap
siklus. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil ulangan pada tiap siklus.
Dari hasil ulangan tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar
siswa. Untuk penghitungan setiap data yang akan dianalisis berdasarkan
kesepakatam dengan kolaborator dirumuskan sebagai berikut:1) Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
observasi keaktifan siswa dianalisis dengan menggunakan tujuh indikator dengan tiga kategori sebagai berikut: a) Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru, b) Siswa mengerjakan soal yang ada dikartu,
c) Siswa aktif mencari pasangan kartunya, d) Siswa mengemukakan pertanyaan, e) Siswa
menyatakan jawaban atau pendapat, f) Siswa akatif berdiskusi dengan temannya,
g)Siswa mampu menyimpulkan materi pembelajaran. Dengan kategori keaktifan: 1)
Keaktifan rendah jika indikator yang terpenuhi ≤ 2, 2) Keaktifan cukup jika indikator yang terpenuhi
3 – 5, 3. Kekatifan tinggi jika indikator
yang terpenuhi 6 - 7
Indikator
Keberhasilan
Pada penelitian
ini, peneliti menentukan patokan keberhasilan penelitian jika peningkatan prestasi
belajar matematika yang memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85 % dari jumlah siswa keseluruhan di kelas VII B. Siswa dikatakan tuntas jika nilai hasil ulangan mencapai minimal 72 (KKM
mata pelajaran Matematika SMP Negeri 1 Maos tahun pelajaran 2013/2014)
Untuk
keaktifan siswa berdasarkan kesepakatan dengan kolabotaror pembelajaran 35% dan
cukup aktif 50%.
Prosedur
/ Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
rencananya akan dilaksanakan dalam 2 siklus, yang tiap siklusnya dilaksanakan 2
kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit tiap pertemuan. Setiap siklus
terdiri dari kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, evaluasi, dan refleksi. Pada akhir siklus diadakan tes / evaluasi
untuk mengetahui besarnya peningkatan prestasi belajar matematika siswa sesuai dengan
kesepakatan guru dan peneliti. Pada
siklus 1, dan 2 digunakan model pembelajaran
Make a Match dengan tahapan sebagai berikut :
Langkah–langkah Penelitian :
a. Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan
tindakan, terlebih dahulu guru dan peneliti melakukan persiapan – persiapan
demi kelancaran proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada saat
persiapan adalah :
a) Peneliti dan guru matematika menentukan
pembelajaran melalui model Make a Match
akan digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
b) Menyiapkan rencana pembelajaran pertemuan ke – 1 dan
instrumen pembelajaran yang terkait dengan materi. Pada pertemuan ke 1 siswa
diharapkan mampu membedakan kalimat terbuka yang merupakan persamaan linier
satu variebel dan yang bukan, serta siswa mampu mencari nilai pengganti
variabel pada persamaan linier satu variabel yang sederhana.
c) Menyiapkan kartu yang berisi soal dan
masing-masing kartu punya pasangan.
d) Menyusun tes / evaluasi sebagai alat ukur
peningkatan hasil belajar matematika siswa pada akhir siklus I
e) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan
dipilih pada penelitian ini adalah model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Langkah–langkah
kegiatan guru dalam mengembangkan
kegiatan belajar mengajar menurut rencana pembelajaran secara umum sebagai
berikut :
a)
Pertemuan 1
Dengan berpedoman
pada rencana pembelajaran yang ke – 1,
guru mengajarkan materi persamaan linier satu variabel dengan model Make a
Match. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan perangkat pembelajaran berupa lembar kerja dan tes / evaluasi yang
dibutuhkan. Guru memotivasi siswa agar terlibat pada aktifitas pemecahan
masalah yang dipilihnya dengan model pembelajaran make a match . Guru
menjelaskan menjelaskan materi persamaa lnier satu variabel dan memberikan
contoh kalimat terbuka yang merupakan persamaan linier satu variabel dan yang
bukan.
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya. Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang
pembelajaran selanjutnya yaitu make a match. Setelah siswa jelas guru
membagikan kartu, satu siswa satu kartu. Kemudian guru meminta siswa untuk
membaca soal yang ada di dalam kartu.
Siswa yang
mendapat kartu dengan jawaban yang sama untuk berkumpul menjadi satu. Dalam
kegiatan awal kartu berisi tentang persamaan linier satu variabel dan yang
bukan.
Setelah itu guru
menarik kartu yang berada disiswa. Pembelajaran dilanjutkan denan guru
menjelaskan tentang bagaimana cara mencari nilai pengganti variabel pada
persamaan linier satu veriabel.
Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya. Setelah itu guru membagi kartu, dua orang
mendapat satu kartu. Dua siswa tersebut mendiskusikan soal yang ada dikartu.
Guru memerintah siswa sacara kelompok untuk mencari pasangan yaitu kelompok
lain yang mempunyai nilai pengganti variabel yang sama. Setelah bertemu dengan
pasangannya kartu ditukar untuk saling mengoreksi. Guru mengamati, apakah
setiap kelompok sudah berpasangan dengan benar.
Pada akhir
pertemuan siswa dengan bimbingan guru manrika kesimpulan.
b) Pertemuan 2
Pada pertemuan
kedua guru menjelaskan tentang bagaimana cara mencari nilai pengganti variabel
pada persamaan linier satu variabel dengan koefisien variabel pecahan.
Guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya. Setelah itu guru membagi kartu, dua orang
mendapat satu kartu. Dua siswa tersebut mendiskusikan soal yang ada dikartu.
Guru memerintah siswa sacara kelompok untuk mencari pasangan yaitu kelompok
lain yang mempunyai nilai pengganti variabel yang sama. Setelah bertemu dengan
pasangannya kartu ditukar untuk saling mengoreksi. Guru mengamati, apakah
setiap kelompok sudah berpasangan dengan benar.
Pada akhir
pertemuan siswa dengan bimbingan guru manrika kesimpulan.
Pada pertemuan ke
2 atau akhir siklus 1 dilaksanakan evaluasi atau ulangan harian.
b. Siklus II
1. Perencanaan
Sebelum
pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu guru dan peneliti melakukan persiapan–persiapan
demi kelancaran proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada saat
persiapan adalah :
- Peneliti dan guru matematika menentukan
pembelajaran melalui model Make a Match
akan digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
- Menyiapkan rencana pembelajaran pertemuan ke – 1
dan instrumen pembelajaran yang terkait dengan materi. Pada pertemuan ke 1
siswa diharapkan mampu mencari himpunan penyelesaian pada pertidaksamaan linier
satu variabel.
- Menyiapkan kartu yang berisi soal dan
masing-masing kartu punya pasangan.
- Menyusun tes / evaluasi sebagai alat ukur
peningkatan hasil belajar matematika siswa pada akhir siklus II
- Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang akan
dipilih pada penelitian ini adalah model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Langkah–langkah kegiatan guru dalam
mengembangkan kegiatan belajar mengajar menurut rencana pembelajaran secara umum
sebagai berikut :
a)
Pertemuan 1
Dengan berpedoman
pada rencana pembelajaran yang ke – 1,
guru mengajarkan materi pertidaksamaan linier satu variabel dengan model Make a
Match. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan perangkat pembelajaran berupa lembar kerja dan tes / evaluasi yang
dibutuhkan. Guru memotivasi siswa agar terlibat pada aktifitas pemecahan
masalah yang dipilihnya dengan model pembelajaran make a match . Guru
menjelaskan menjelaskan materi pertidaksamaan linier satu variabel dan
memberikan contoh soal.
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya. Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang
pembelajaran selanjutnya yaitu make a match. kemudian guru membagikan kartu,
satu siswa satu kartu. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca soal yang ada
di dalam kartu.
Siswa yang
mendapat kartu dengan jawaban yang sama untuk berkumpul menjadi satu. Dalam
kegiatan awal kartu berisi tentang pertidaksamaan linier satu variabel yang
sederhana.
Siswa yang sudah
menemukan pasangannya untuk bertukar kartu dan saling mengoreksi. Guru
mengamati, apakah setiap kelompok sudah berpasangan dengan benar.
Pada akhir
pertemuan siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan.
b)
Pertemuan 2
Pada pertemuan
kedua guru menjelaskan tentang bagaimana cara mencari nilai pengganti variabel
pada pertidaksamaan linier satu variabel dengan koefisien variabel pecahan dan
bilangan negatif.
Guru memberikan
kesempatan siswa untuk bertanya. Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang
pembelajaran selanjutnya yaitu make a match. Kemudian guru membagikan kartu,
satu siswa satu kartu. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca soal yang ada
di dalam kartu dan mengerjakan. Siswa yang sudah menemukan jawaban untuk segera
mencari pasangannya. Setelah menemukan pasangannya, mereka saling mengoreksi.
Pada akhir
pertemuan siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan.
Pada pertemuan ke
2 atau akhir siklus 2 dilaksanakan evaluasi atau ulangan harian.
3. Observasi
Selama pembelajaran
berlangsung pada setiap pertemuan observer melakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan secara kolaboratif yang terdiri dari 2 orang guru yaitu
1 guru dan 1 peneliti, 1 orang guru matematika bertindak sebagai pengamat
aktivitas peneliti dan aktivitas siswa dan peneliti sebagai pelaksana tindakan.
Lembar observasi terlampir.
4. Evaluasi
Setelah pembelajaran
berakhir dari tiap siklus, peneliti mengadakan tes/evaluasi untuk mendapatkan
nilai individual sebagai sarana untuk membantu tingkat keberhasilan penelitian
yang telah dilaksanakan. Dalam penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus, maka
tes/evaluasi juga akan dilaksanakan 2 kali.
5. Refleksi
Pada tahap
refleksi, semua hasil observasi dan tes/evaluasi diolah dan direfleksikan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dan kelemahan–kelemahan dalam melaksanakan
tindakan. Berdasarkan refleksi ini, peneliti bersama – sama guru merencanakan
perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil ulangan
harian dalam dokumen daftar nilai, hasil ulangan harian pada siklus 1 dan
siklus 2 diperoleh data sebagai berikut:
No
|
Uraian
|
Studi Awal
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|
1
|
Rata-rata
|
63,03
|
71,59
|
77,00
|
|
2
|
Siswa yang Tuntas
|
9
|
18
|
31
|
|
3
|
Siswa yang tidak tuntas
|
25
|
16
|
3
|
|
4
|
Persentase siswa yang tuntas
|
26,47 %
|
53 %
|
91,17 %
|
|
5
|
Persentase siswa yang tidak
tuntas
|
73,53 %
|
47 %
|
8,83 %
|
|
Sedangkan untuk lembar
observasi siswa diperoleh data sebagai berikut:
Uraian
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Jumlah siswa yang aktif kategori tinggi
|
6
|
12
|
Jumlah siswa yang aktif kategori cukup
|
26
|
21
|
Jumlah siswa yang aktif kategori rendah
|
2
|
1
|
Persentase jumlah siswa yang aktif kategori
tinggi
|
18%
|
35%
|
Persentase jumlah siswa yang aktif kategori
cukup
|
76%
|
62%
|
Persentase jumlah siswa yang aktif kategori rendah
|
6%
|
3%
|
Pembahasan Prestasi
Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Pemecahan masalah dalam mengatasi rendahnya Prestasi
dan motivasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Maos pada tahun pelajaran
2013/2015 dengan menggunakan Model Pembelajaran Make a Match sebagai upaya
untuk meningkatkan Prestasi dan keaktifan belajar pada mata pelajaran Matematika,
terbukti dapat meningkatkan.
Prestasi belajar siswa pada siklus 1
sebesar 53% siswa yang tuntas atau meningkat 26% dari studi awal. Keaktifan
siswa pada studi awal tidak diamati dan baru diamati pada siklus 1 yaitu sebesar 18% untuk kategori tinggi dan 76%
untuk kategori cukup. Rata-rata prestasi belajarnya juga meningkat dari 63,03
menjadi 71,59.
Siklus II
Pada siklus II,
peneliti melakukan revisi pada RPPP dan skenario tindakan. Pada siklus II
peneliti memberikan perhatian khusus pada siswa yang masih pasif berdasarkan pengamatan pada siklus sebelumnya.
Ketuntasan belajar mengalami
peningkatan 38,17 % dari siklus I. Kekatifan belajar pada kategori tinggi juga mengalami peningkatan sebesar 17% dari
siklus I. Ada 4 siswa mendapatkan nilai 100. Pada siklus 2 ada siswa yang kekatifannya
masih rendah dan tidak ada perubahan bila dibandingkan dengan siklus 1. Nilai
siswa dari siklus 1 ke siklus 2 justru ada yang turun yaitu no absen 13 dari
nilai 80 menjadi 78. No absen 22 menurun dratis dari 60 menjadi 37,5. Untuk no
absen 13 setelah diamati faktor ketidaktelitian. Sedangkan untuk no absen 22
setelah diwawancara ternyata pada saat pertemuan kedua dari siklus 2 sedangkan
sakit.
Untuk lebih jelas
gambaran tentang peningkatan prestasi belajar matematika dapat dilihat dari
diagram batang berikut
gambar . diagram
batang ketuntasan belajar setiap siklus
Secara keseluruhan prestasi
belajar dan keaktifan siswa sudah mencapai kriteria indikator keberhasilan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
penggunaan Model Pembelajaran Make a Match pada mata pelajaran Matematika di
kelas VII B SMP Negeri 1 Maos tahun Pelajaran 2013/2014 maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas VIIB SMP Negeri 1 Maos. Peningkatan prestasi belajar ditunjukkan dengan
hasil ulangan harian pada masing-masing tahapan. Tingkat ketuntasan pada studi
awal 26,47%, siklus I 53%, dan siklus II 91,17%. Rata-rata hasil ulangan harian
juga mengalami peningkatan yaitu 63,03 pada studi awal, 71,59 pada siklus 1 dan
77,00 pada siklus 2.
2.
Model Pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIIB SMP
Negeri 1 Maos. Peningkatan keaktifan siswa ditunjukkan dengan meningkatnya
kekatifan siswa kategori tinggi yaitu dari 18 % menjadi 35%, dan keaktifan
siswa kategori cukup 62%
Saran
1.
Model Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar dan
keaktifan siswa. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi proses
pembelajaran Matematika selanjutnya untuk menggunakan model tersebut agar siswa
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi guru
untuk terus meningkatkan kemampuan profesionalisme dalam bidang penelitian
maupun penulisan karya ilmiah.
3.
Laporan hasil perbaikan pembelajaran ini perlu
ditindaklanjuti dengan perbaikan atau PTK berikutnya. Hal ini karena dalam
setiap pembelajaran pasti akan ditemukan suatu kelemahan atau kekurangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bukhari, M.1977..Pengantar Psikologi Pendidikan, Bandung
: Jean Mars Dikmenum.2005 .
Hamalik.2001.Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara
KTSP.2007.Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual ( Panduan Bagi Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta : BP.Dharma Bhakti
Muhammad Ali.2007.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar
Baru Algensindo
Paimin.1998.Agar Anak Pintar Matematika.Jakarta : Puspa Swara
Poerwadarminto, W.J.S.1985.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta
: Balai Pustaka.
Tim PPG Matematika.2006.Model Pembelajaran Matematika. Yogyakarta
: Depdiknas Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika
Tirtonegoro, Suratinah.1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikan,
Jakarta : Bina Aksara.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta
: Balai Pustaka.
Tim PPG Matematika.2006.Model Pembelajaran Matematika. Yogyakarta
: Depdiknas Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika
Trianto.2007.Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Konsep,Landasan Teoritis–Praktis dan
Implementasinya).Jakarta : Prestasi Pustaka
Wartono,dkk.2004.Materi Pelatihan Terintegrasi: SAIN.Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar